Selasa, 24 September 2013

Ketika daun bertemu awan

Ketika angin tak bertiup, lalu air tak mengalir. Bahkan ada langkah yang tak melaju. Kemudian ada pemuda yang tak bercita-cita. Saat itu juga lah ada kata yang tak terucap.

Di sana, sang daun menanti sang awan yang putih dan meneduhkan. Ketika itu, daun hanya mampu memandang ke arah awan yang kebetulan melintas tertiup angin.

Kini sang awan menjadi kerinduan untuk daun yang lama telah tergantung bak menunggu sampai suatu saat akan jatuh ke tanah dan menjadi tak berarti. Tidak, bukan sekarang. Daun itu punya sesuatu yang dia nanti. Walau daun tak dapat meminta, daun tahu sang awan masih akan tetap ada. Walaupun jauh, di atas.

Kata itu kata pujian, yg dipendam daun. Awan, kau begitu meneduhkan :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar