Selasa, 27 Maret 2012

bapak SBY.

Beberapa hari yang lalu aku sempat memandang sesuatu dari sisi yang berbeda.
Ini bukan tentang yang sedang hangat dibicarakan, bukan tentang BBM, bukan juga tentang kerusuhan yang terjadi di Indonesia.
Ya sejujurnya aku juga ingin berbagi pendapat tentang hal-hal yang sedang hangat dibicarakan belakangan ini.
Tapi sepertinya pengetahuanku tidak cukup banyak untuk membahas itu lebih jauh.
Akau hanya akan menggunakan emosi sebagai dasar pikirnya.
Aku sempat sedikit mengeluarkan pendapat tentang demo yang terjadi di Medan beberapa waktu yang lalu.
Namun kata-kata itu aku keluarkan dilatarbelakangi kekhawatiranku terhadap Ibuku yang ada di Medan. 

Tapi coba kita melihat sisi lain dari demo selama ini.
Ini juga tentang kemanusiaan.
Aku cuma sedikit prihatain ketika demo memaki presiden RI, bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).*
Saat demo, para demonstran menyalahkan dirinya.
Dia dimaki, fotonya dibakar, namanya diteriakkan dengan amarah.
Bolehkah aku sedikit berpendapat dan meminta tolong?
Bisakah nama bapak SBY itu diganti dengan teriakkan kepada PEMERINTAH atau PRESIDEN.
Bolehkah tidak menyebut namanya?
Aku cuma berpikir bahwa bapak SBY punya peran lain selain sebagai presiden.
Mungkin bapak SBY salah, mungkin dia gagal.
Tapi dia gagal dalam menjalani perannya sebagai PRESIDEN.
Dia punya peran lain,
dia adalah seorang anak,
dia adalah seorang suami,
dia adalah seorang ayah,
dia adalah seorang kakek,
dan dia adalah bagian dari sebuah keluarga.
Bisakah menjaga mental keluarganya.
Mungkin aku sendiri tidak mengerti apa rasanya ketika keluargaku dalam keadaan yang tertekan seperti itu.
Tapi aku yakin, keluarganya sedih, keluarganya tertekan.
Ibunya pasti sudah tua dan cucunya masih terlalu kecil.

Namun jika kalian berpikir 'dia saja tidak memikirkan nasib rakyat, buat apa kita memikirkan keluarganya'
Cuma mengingatkan bahwa keluarga bapak SBY tidak bersalah sama sekali.
Tapi jika kalian tetap tidak peduli, menurut saya kalian sama saja, tidak ada bedanya dengan pemerintah yang kalian tuntut.

sama-sama tidak pernah memikirkan orang lain.


*aku prihatin terhadap Bapak SBY bukan berarti aku membelanya. Beliau adalah orang yang aku anggap punya kepribadian yang baik namun aku menulis teks ini murni dilatarbelakangi sisi kemanusiaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar