Rabu, 21 Maret 2012

Utusan Tuhan

Aku mulai tumbuh dewasa, aku mulai sibuk dengan dunia perkuliahanku, dunia pertemananku, dan semakin disibukkan lagi dengan masuknya aku ke dalam dunia percintaan. Aku sangat antusias dengan pertumbuhanku, setiap waktunya aku menemukan hal yang baru. Lingkungan baru, teman baru, pelajaran baru dan juga hal-hal menarik lainnya. Tapi ternyata aku mulai melupakan bahwa orang tuaku umurnya juga semakin bertambah. Mereka semakin hari semakin tua. Rambut mereka mulai memutih, kemampuan mendengar dan berbicara mereka akan semakin berkurang. Mereka akan lebih cepat lelah atau mungkin tangan mereka akan mulai bergetar saat mengangkat gelas.

Untukku, mereka selayaknya Utusan dari Tuhan. Mereka menjaga, merawat, dan membesarkanku. Mereka pula lah yang menyayangiku sepenuh hati tanpa meminta balas jasa apapun. Tapi aku harus menyadari, bahwa mereka hanya sementara bersamaku. Tidak tahu aku yang akan meninggalkan mereka atau mereka yang akan meninggalkanku.

Aku mulai khawatir, perasaan takut kehilangan mulai muncul dan terkadang mulai mengganggu. Aku mulai menyadari hal ini, ketika beberapa orang yang cukup dekat denganku kehilangan orang tuanya. Mungkin ayahnya, ibunya atau bahkan keduanya. Aku mulai berpikir, ini pasti akan terjadi pada ku suatu saat nanti dan hal ini tidak akan bisa dipungkiri.

Aku mulai takut, waktu ku tidak cukup untuk membahagiakan orang tuaku. Membuat mereka tersenyum dan mengatakn 'Hey, itu adalah anakku.'. Aku mulai takut, mereka tidak sempat menggendong anakku dan memotong rambutnya saat penabalan namanya kelak. Saat aku memikirkan hal itu, aku merasa berlomba dengan waktu. Aku tidak mau pada akhirnya aku hanya akan menangisi mereka dengan tangisan penyesalan. Aku hanya ingin mereka bahagia memiliki aku.

Aku dan orang tuaku bukanlah tipe keluarga yang biasa mengungkapkan kasih sayang secara langsung. Sejak kecil, aku tidak pernah begitu manja, dan orang tua ku tidak biasa terlalu manis. Kami punya cara sendiri dalam mengekspresikan kasih sayang tersebut.

Aku tidak tahu bagaimana, tapi orang tuaku selalu ada disaat aku membutuhkan mereka. Kami tinggal berjauhan, tapi setiap aku mengalami kesulitan pasti orang tuaku akan menelfon atau mengirimkan pesan yang tentunya berisika bala bantuan. Aku percaya, inilah yang dimana kontak batin antara orang tua dan anak.

Dulu aku tidak begitu memikirkan hal-hal seperti ini. Seperti yang aku bilang, aku sepertinya terlalu sibuk dengan dunia kedewasaanku. Dan 'merantau' membuatku banyak belajar tentang kehidupan dan tentang betapa berharganya Utusan Tuhan tersebut. Namun sampai saat ini, aku belum pernah secara langsung mengatakan kepada mereka bahwa mereka begitu berharga untukku dan betapa aku mencintai mereka semenjak aku lahir.

untuk, mama dan papa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar